Skip to main content

Pandangan tentang Nikah Muda

Yups! Pernah, gue ditanya sama teman-teman gue baik teman kampus maupun teman SMA. Isinya senada, yakni,

PRAS, PANDANGAN LO TENTANG NIKAH MUDA DONG.

Before i explain about it, sekadar cuma-cuma gue mau kasih tahu kalau keberadaan diri gue ini sudah bersahabat banget sama yang namanya curhatan orang. Mau itu cowok kek, cewek kek, ada saja yang datang ke gue langsung atau melalui chat (seringnya gue kasih nomor whatsapp gue) kalau mereka mau curhat tapi terhalang waktu. Gue sibuk. Pura-pura sibuk padahal :)

Gue pengangguran, cuy.

Sebenarnya nih, gue pengen banget bahasan ini tuh sambil nyamber pertanyaan teman cowok gue seputaran menikah. Tapi, kasusnya dia ini adalah temannya yang sedang "kebingungan" dengan seorang akhwat (begitu sebutannya). Yang intinya, menurut pandangan dia, cewek syar'i itu banyak yang berlindung dari hijabnya soal sikap kepada lawan jenis. Yang bikin gue ketawa, dia sampai izin, "Maaf nih kalau seksis* banget."

Gue selalu terbuka sama siapa pun, dan selow-selow saja kalau emang mereka "nyaman" sama bahasa mereka. Gue ngikut aliran air aja.  And by the way, gue gak mau bahas tentang pertanyaan teman cowok gue ini sebab gue belum izin. Yups, gue menjunjung tinggi kode etik dunia curhat antara gue sama klien. Anjaayyy... klien... keren aja gitu dibacanya HAHAHAHA 
Dan diakhir percakapan,  gue sempat bikin hashtag #Ceweksyaribikinbingung
Teman gue itu? MALAH IKUT-IKUTAN BUAT HASHTAG itu 

Okay, kembali ke headline gue, Pandangan tentang Nikah Muda.

Here...I'll try to asnwer it. My thought about this...

Gue gak bilang lu gak boleh nikah muda (menurut gue under 20-an lah ya bisa dibilang nikah muda, dan biasanya patokan masyarakat umum adalah ketika seseorang itu sudah baligh).

Hmm... Buat gue pribadi, menikah adalah sesuatu yang, "anjir... ini gue bangun rumah tangga, bukan bangun kastil pake pasir di pantai yang ditoel aja langsung roboh." Menikah adalah bertemunya dua orang untuk menjadi satu frekuensi. Buat jadi selaras. Bakal mengabdi satu sama lain. Sakral banget pokoknya. Tanpa bermaksud seksisme, gue bisa sebut seorang perempuan ketika menikah adalah pelacur halal bagi suaminya.

Menikah bagi gue bukanlah hanya menikahkan seorang manusia dengan manusia. Nikah itu bukan nikahin sosoknya doang. Jasadnya doang. Lo harus nikahin sosok sekaligus tetek bengek lainnya. Disaat lo memutuskan buat menikah, lo harus nikahin juga yang namanya :

-keluarga pasangan
-hobi pasangan
- apa yang dibenci pasangan
-tubuh pasangan
-pola pikir pasangan
-kekurangan dan kelebihan pasangan  
- visi misi hidup pasangan

ALL THE THINGS IN HIS/HER LIFE ya lo harus nikahin semuanya.

Jadi, gue kurang setuju aja kalau "penggalakan" nikah muda itu tidak diimbangi dengan apa-apa yang harus dilakukan dan dibutuhkan ketika menikah. Ya sebut saja ilmu sebelum dan setelah menikah. Nikah doang? Ah, gampang banget. Panggil keluarganya, adain penghulu dan walinya, juga saksinya, ada pasangan yang akan dinikahkan, jadi sudah. Mahal? ah enggak, paling bayar Pak Penghulu. Yang susah itu jalanin kehidupan setelah menikah. Naik, turun, belok, terjun payung, apalah itu sampe-sampe ada aja yang main belakang sama pasangan. SELINGKUH maksud gue, hehehe. Disini, gue bilang nikah muda. Dimana kecerdasan emosi tidak banyak dimiliki orang. Apalagi, yang usianya masih belia. Ya gak sih?

Itu kenapa gue prefer orang-orang lebih baik menikah disaat segalanya sudah matang.

Gue, makhluk berlogika juga berperasaan.

Okelah, kalau ada pembelaan, "ketika menikah, rezeki akan ditambah." Atau "Makanya nikah, biar punya banyak uang. Punya anak deh yang banyak, karena tiap anak ada rezekinya."

Gue tidak menyalahkan statement tersebut, tapi sangat-sangat gue kasih perhatian lebih. Kita terjun berdasarkan fakta saja. Kalau lo sayang sama pasangan lo, makin enak kan kalau pas menikah lo tinggal bahagiain aja pasangan lo. Ya kan? Emang bagus nemenin pasangan dari nol. Tapi lebih bagus lagi kalau udah sama-sama siap baik finansial, pikiran, mental, dan tetek bengek lainnya.

"Yah kalau nunggu siap semua, kapan gue nikah dong?"

Yah mbak mas, itu kan menurut gue. Gue gak mau yang namanya memenjarakan pikiran setiap orang. Silakan mau melakukan hal apa-apun yang menurut kalian baik.

Kemudian, menurut gue menikah akan menjadi baik ketika usia kita memasuki masa-masa yang ideal. Sudah seharusnya, sudah saatnya. Ya minimal lo yang mau nikah ini mengurangi risiko perceraian yang mengakibatkan buntut (anak) akan menjadi korban runtuhnya rumah tangga. Siapa yang paling rugi? Ya anak dong. Bagi gue, sejarah hidup seseorang akan berubah ketika orang tua Sang Anak bercerai.

Dan gaessss
Bicara soal seksualitas juga penting, loh. Seharusnya, ini bukan hal yang taboo lagi ya. Would I get a sin because i wanna explain about sexuality?

Pendidikan seksualitas penting sekali gaes.

can you open your mind about this?
Lo tau gak sih, kalau sekarang tuh ada psikolog yang berfokus sebagai psikolog seksual gitu. Kenapa? karena masyarakat kita ini kalau membicarakan hal ini kayak sesuatu yang berdosa, taboo, padahal ada banyak manusia yang membutuhkan edukasi ini. Apalagi setelah menikah.

Remaja yang kebablasan dalam menjalin hubungan biasanya mulai khawatir dan bertanya pada sarjana-sarjana psikolog di instagram yang biasanya memang menjawab banyak pertanyaan secara gretong. Dan gue paling gak mau yang namanya judge seseorang hanya karena apa yang dilakukan dia salah menurut nilai-nilai agama yang gue yakini. Itu urusan mereka sebab sudah menjadi pilihan masing-masing. Siapa gue berani hisab dosa orang? urus aja dulu dosa sendiri yang numpuk. Iya gak sih?

Beuh gaes, yang namanya nikah itu gak main-main dong. Jangan disama-samain deh sama kebiasaan kalian pas lagi berbunga-bunga jadi pasangan sebelum menikah. Bakal beda. Kenapa? sebab tiap pasangan pada masa-masa pendekatan akan lebih banyak menggunakan topeng. Jadi jangan kaget kalau ada banyak perbedaan setelah menikah. Gue juga beranggapan kalau menikah itu gak bisa cuma karena dasar suka sama suka. Ya walaupun ada aja yang berhasil kalau punya dasar ini.

Yups. Your life is your choice!
Yang udah bisa ngontrol emosi, gue pikir dia gak bakalan kebakaran jenggot hanya karena ditanya pertanyaan paling gak penting buat dijawab. KAPAN NIKAAAAAAHHHHHH?

Prioritas orang kan beda-beda, cuy. Iya gak sih?

Gitu deh, Selow aja. Sekarang sih menurut gue lo sibuk sama apa yang jadi tujuan lo aja dulu. Tumbuh jadi orang yang bermanfaat buat orang banyak aja dulu. NABUNG PRESTASI. Kelilingin nih semesta kalau emang lo hobi jelong-jelong. Hobi lo jadiin duit tuh bisa.

BUTTTTTTT

Kalau pembaca gue disini ada yang masih kuliah dan pengen nikah, ya monggo.. Hiduplo gak butuh disetir orang juga kok.

Sekian cuap-cuap yang insyaa allah berfaedah kali ini tentang nikah muda.

Saran dari gue, MENIKAHLAH KARENA SIAP DAN PILIHANMU SENDIRI DI WAKTU YANG MENURUTMU SUDAH TEPAT.




*seksis itu seksisme, yang maknanya : penggunaan kata atau frasa yang meremehkan atau menghina berkenaan dengan kelompok, gender, ataupun individual (KBBI)

Comments

Popular posts from this blog

ONLY GOD CAN JUDGE ME BERBANDING LURUS DENGAN URUS SAJA URUSANMU?

  Oke, gue baru aja baca kiriman salah satu anggota dalam grup. Pertama kali gue baca gue langsung mengangkat alis gue. Judulnya kapital semua, persis kayak judul Lingkar Opini gue kali ini. Tulisan tersebut berasal dari salah satu screenshotan yang gue pikir karya tulis dari pemilik sebuah website gue pikir (sorry kalau salah) dan itu berisi tentang hal-hal kebaikan tentang dakwah. And sorry to say sorry, gue gak mau labelling disini alias sebut merek. Gue gatel banget pengen nimpalin di grup, cuma gue rasa itu bukan forum jadi gue pikir lebih baik PC langsung orangnya.   Tulisan gue ini lagi-lagi pengen ngajak kepala orang buat melihat dari kacamata lain. Walaupun, kesimpulan setelah membaca gue serahkan pada pembaca. Isi screenshot tsb begini: ONLY GOD CAN JUDGE ME Sejatinya perkataan “Only God can judge me” Hanya untuk mereka yang terlanjur senang dengan maksiat yang telah mereka lakukan ketika diingatkan tentang kesalahan-kesalahan barulah kata-kata...

Benarkah Standardisasi Baiknya Seorang Wanita adalah Berhijab? Menurut Gue Keliru!

Lingkar Opini Ada banyak wanita, termasuk teman-teman sekitar gue yang belum berhijab merasa, “lantas, kalau gue belum hijaban, auto buruk gitu?” Please, gaes, mereka itu bukan karena gak mau dan gak ada niat, cuma karena emang belum terdorong aja buat make. Karena standardisasi orang sekitar terhadap orang yang berhijab pun makin rumit. Misal, “lo kan hijaban, masa sih masih main sama cowok?”   Seakan orang yang berhijab itu gaboleh satu pun melakukan kesalahan. Bener-bener bakal diliat dan lebih sensitif dikomentari. “Malu dong sama hijab lo.” Pertama, gue bahkan bingung sama pertanyaan itu. Seakan berhijab itu adalah membatasi. Walaupun gue tahu hijab itu sendiri adalah batasan. Menurut gue sih, main sama cowok itu bukan dosa yang harus diramaikan untuk dijauhi. Main sama cowok di kepala lo itu kayak apa sih maknanya? Gue juga heran suka dapet nyinyiran cuma karena kebiasaan hari-hari gue yang dekat sama cowok. Coba tanyain temen-temen cowok gue satu-satu, kalau ...

Fakta Monokrom Jingga

Monokrom Jingga adalah kisah perjalanan seorang perempuan yang jatuh cinta terhadap sahabatnya sendiri. Ini adalah tulisan ke-sekian gue yang gue putusin buat “udahan” dalam menulis. Gue adalah seorang pengarang yang masih belum disiplin dalam menulis. Gue susah fokus. Ada banyak tulisan yang mau gue jadiin novel dan itu masih berceceran. Sampai sekarang gue punya sebanyak tujuh naskah. Dua sudah selesai yaitu Monokrom Jingga (kedua) dan BIMESA atau Biarkan Mengalir seperti Air (pertama). Sisanya lima naskah masih ogah-ogahan gue sentuh.   Buruknya gue dalam menulis ya gak disiplin. Sedih gue juga. Tahun ini mau gue usahain gue harus disiplin sama apa yang gue mau. Oke, gue mau kasih tahu 3 Fakta tentang Monokrom Jingga yang tadinya mau gue pendam aja, alias cukup gue sama teman pena aja yang tahu “apa sih sebenarnya yang bikin lo nulis tentang beginian? Sebenarnya ini kisah siapa?” 3 FAKTA MONOKROM JINGGA 1.       Mojing adalah karya yang ...